Antara Idealisme dan Pragmatisme Aktivis Mahasiswa: Sebuah Pembacaan Ulang

Gerakan aktivis mahasiswa telah lama menjadi simbol perlawanan dan perubahan sosial di berbagai belahan dunia. Sejarah mencatat bahwa mahasiswa sering berada di garis depan dalam memperjuangkan keadilan, demokrasi, dan hak asasi manusia. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, potret gerakan aktivis mahasiswa tampak mengalami perubahan signifikan. Mahasiswa saat ini sering kali diwarnai oleh berbagai isu sosial, politik, dan lingkungan yang kompleks.

Dalam era digital, mahasiswa memiliki akses yang lebih luas terhadap informasi dan mampu mengorganisir gerakan melalui media sosial. Namun, meskipun teknologi memfasilitasi mobilisasi, gerakan aktivis mahasiswa saat ini menghadapi tantangan baru yang tidak dialami oleh generasi sebelumnya. Tantangan tersebut meliputi disinformasi, fragmentasi gerakan, dan tekanan dari berbagai pihak termasuk pemerintah dan korporasi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian mahasiswa bergabung dalam organisasi aktivis bukan semata-mata untuk memperjuangkan idealisme, tetapi sebagai batu loncatan untuk karier politik atau profesi lainnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa organisasi aktivis sering kali dijadikan sarana untuk membangun jaringan dan mendapatkan pengakuan sosial. Sebagai contoh, banyak politisi atau tokoh publik yang memulai karier mereka sebagai aktivis mahasiswa. Hal ini tentu tidak salah, namun dapat mengaburkan tujuan utama gerakan aktivis itu sendiri.

Selain itu, salah satu kritik tajam terhadap gerakan aktivis mahasiswa adalah kecenderungan beberapa aktivis yang mudah dibeli oleh uang atau kepentingan tertentu. Murray Edelman (1988) telah menjelaskan bagaimana kekuasaan dan uang dapat memanipulasi dan membentuk narasi politik.

Dalam konteks politik dan ekonomi yang semakin kompleks, godaan untuk kompromi sering kali muncul. Aktivis yang seharusnya menjadi suara independen dan kritis terhadap kekuasaan, terkadang tergoda oleh tawaran finansial atau posisi strategis yang menguntungkan. Fenomena ini tidak hanya merusak kredibilitas gerakan, tetapi juga mengancam integritas moral aktivis itu sendiri.

Gerakan aktivis mahasiswa pada era sebelumnya dikenal dengan semangat idealisme yang tinggi. Namun, idealisme tersebut tampak semakin memudar di kalangan aktivis saat ini. Berbagai faktor berkontribusi terhadap fenomena ini, termasuk pragmatisme yang semakin dominan dalam kehidupan mahasiswa, tekanan ekonomi, serta perubahan nilai-nilai sosial. Dalam banyak kasus, mahasiswa lebih fokus pada pencapaian pribadi dan karier daripada memperjuangkan perubahan sosial yang lebih besar. Idealisme yang memudar ini mengakibatkan gerakan aktivis kehilangan arah dan kekuatan moral yang menjadi landasannya.

Salah satu ciri khas gerakan aktivis mahasiswa di masa lalu adalah solidaritas dan gerakan kolektif yang kuat. Namun, saat ini, gerakan kolektif tersebut tampak semakin lemah. Fragmentasi gerakan dan perbedaan kepentingan sering kali menghambat upaya untuk membangun gerakan yang bersatu. Media sosial, meskipun efektif dalam mobilisasi awal, sering kali menciptakan echo chambers dan memperkuat polarisasi. Akibatnya, gerakan aktivis mahasiswa kurang mampu menghadapi tantangan besar secara bersama-sama dan terorganisir.

Dalam konteks gerakan aktivis mahasiswa saat ini, sumber daya digital dan akses informasi menjadi faktor penting. Namun, tanpa komitmen idealis dan solidaritas kolektif, sumber daya tersebut tidak cukup untuk membangun gerakan yang kuat dan berkelanjutan. Gitlin (2003) menjelaska bahwa media massa memainkan peran penting dalam membentuk persepsi dan orientasi gerakan sosial. Ketika media lebih fokus pada aspek-aspek pragmatis dan individu daripada isu-isu idealis dan kolektif, ini dapat mempengaruhi cara pandang dan prioritas aktivis mahasiswa.

Pertarungan saat ini tidak hanya berada dalam arena-arena di realitas sosial tetapi juga berada di arena media sosial di mana hampir seluruh Masyarakat menghabiskan waktunya di sana. Dengan begitu, sudah seharusnya aktivisme digaungkan di dunia digital melalui berbagai strategi dan taktik dalam menggawanginya. Seperti dikatakan Jennifer Earl dan Katrina Kimport (2011), framing dalam konteks gerakan sosial yang didukung oleh teknologi digital penting untuk dilakukan. Cara isu-isu dibingkai dan disampaikan melalui media sosial dapat menentukan sejauh mana gerakan tersebut dapat menarik dukungan dan mencapai tujuannya.

Sebagai contoh, gerakan Black Lives Matter (BLM) yang dimulai di Amerika Serikat pada tahun 2013 setelah pembebasan George Zimmerman dalam penembakan Trayvon Martin, telah memanfaatkan media sosial secara efektif untuk menyebarkan pesan mereka. Hashtag #BlackLivesMatter digunakan untuk mengorganisir protes, membagikan informasi tentang ketidakadilan rasial, dan meningkatkan kesadaran global tentang isu-isu yang dihadapi komunitas kulit hitam di Amerika Serikat.

Ini tentunya diinisiasi menggunakan platform media sosial terkhusus melalui gerakan hashtag. Selain itu, misalnya protes pro-demokrasi di Hong Kong pada 2019-2020 memanfaatkan aplikasi pesan terenkripsi seperti Telegram dan platform media sosial seperti LIHKG (sejenis Reddit versi Hong Kong) untuk mengorganisir demonstrasi dan menghindari pengawasan pemerintah. Para pengunjuk rasa menggunakan teknologi ini untuk berkomunikasi secara real-time, merencanakan aksi protes, dan menyebarkan informasi.

Gerakan aktivis mahasiswa saat ini berada pada persimpangan antara idealisme dan pragmatisme. Potret gerakan yang semakin kompleks dan terfragmentasi, kecenderungan organisasi aktivis sebagai batu loncatan, serta godaan finansial dan kepentingan pribadi, semuanya berkontribusi pada memudarnya idealisme dan lemahnya gerakan kolektif. Dalam konteks ini, penting bagi para aktivis untuk mengembalikan semangat idealisme, memperkuat solidaritas, dan membangun narasi yang kuat untuk menghadapi tantangan zaman. Hanya dengan demikian, gerakan aktivis mahasiswa dapat kembali menjadi kekuatan perubahan yang signifikan dan bermakna.

Oleh: HFA

Bagikan Tulisan Ini:

Facebook
X
WhatsApp
Threads

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru