Di Balik Kemajuan Kapitalisme: Ketimpangan dan Krisis yang Menghantui

Kapitalisme

pbhmimpo –

Kapitalisme, Ketimpangan, dan Kesengsaraan: Perspektif Ekonomi Sosial

Sebagai system ekonomi, Kapitalisme telah lama di banyak negara dijadikan sebagai pilar utama. Namun, kendati acap kali dipuji lantaran menghadirkan inovasi dan pertumbuhan ekonomi, kehadirannya tak lepas dari kritik karena alih-alih menciptakan kesejahteraan jutru ketimpangan sosial yang signifikan yang seamkin muncul ke permukaan. Ketimpangan ini mengarah pada kesengsaraan bagi sebagian besar populasi, terutama mereka yang berada di kelas bawah dan menengah.

Kapitalisme dan Penciptaan Ketimpangan

Salah satu teori ekonomi yang familiar dan dianggap otoritatif untuk mendeskripsikan kapitalisme adalah teori Invisible Hand yang dicetuskan oleh Adam Smith. Teori ini mengemukakan bahwa pasar bebas yang diatur oleh hukum penawaran dan permintaan akan menghasilkan distribusi sumber daya yang efisien.

Menurut teori ini, jika setiap individu mengejar kepentingan pribadinya, maka seluruh sistem ekonomi akan berfungsi secara optimal (Smith, 1776). Namun, realitas yang terjadi tidak selalu sesuai dengan teori ini.

Sistem kapitalis, meskipun mendukung kebebasan ekonomi, justru memperparah kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin. Mereka yang memiliki akses terhadap modal dan sumber daya ekonomi dapat mengakumulasi kekayaan dalam jumlah besar, sementara yang tidak memiliki akses terjebak dalam kemiskinan.

Menurut Piketty (2014), dalam bukunya Capital in the Twenty-First Century, akumulasi kekayaan yang terkonsentrasi di tangan segelintir orang membuat distribusi pendapatan semakin tidak merata. Piketty berpendapat bahwa dalam sistem kapitalis modern, ketimpangan ekonomi semakin melebar karena keuntungan dari kapital (modal) jauh lebih besar dibandingkan dengan pendapatan dari kerja (tenaga kerja).

Kapitalisme dan Kesengsaraan Sosial

Kapitalisme, meskipun berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi di banyak negara, sering kali gagal untuk memastikan bahwa keuntungan tersebut dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini terlihat dalam kondisi ketenagakerjaan yang buruk, peningkatan pengangguran, serta sistem upah yang tidak adil.

Teori Marxian Economics yang dikembangkan oleh Karl Marx menyoroti ketimpangan yang dihasilkan oleh sistem kapitalis, di mana kelas pekerja (proletariat) dieksploitasi oleh kelas pemilik modal (borjuis). Dalam pandangan Marx, kapitalisme menciptakan sistem yang mendiskriminasi pekerja dengan memberikan mereka upah yang rendah sementara keuntungan besar mengalir ke segelintir orang kaya (Marx, 1867).

Konsep ini dapat dilihat dalam banyak industri di dunia saat ini, di mana pekerja, meskipun bekerja keras, tidak memperoleh imbalan yang sebanding dengan nilai yang mereka hasilkan. Sebaliknya, perusahaan besar dan individu yang mengendalikan sumber daya ekonomi mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Ini menciptakan ketidakadilan sosial yang mendalam dan meningkatkan tingkat kemiskinan, terutama di kalangan pekerja yang terpinggirkan.

Selain menciptakan ketimpangan, kapitalisme juga berkontribusi pada terjadinya krisis ekonomi global. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2008 adalah contoh nyata bagaimana sistem kapitalis yang berbasis pada spekulasi dan perdagangan bebas dapat menyebabkan kehancuran ekonomi. Dalam hal ini, kebijakan deregulasi pasar yang dianut oleh banyak negara kapitalis menyebabkan peningkatan spekulasi yang berlebihan di sektor perbankan dan keuangan. Ketika gelembung keuangan pecah, banyak individu dan keluarga yang kehilangan pekerjaan, rumah, dan tabungan mereka, sementara para pelaku pasar besar dan investor besar masih dapat bertahan (Stiglitz, 2010).

Solusi untuk Ketimpangan Kapitalisme

Sebagai respons terhadap ketimpangan dan kesengsaraan yang dihasilkan oleh kapitalisme, beberapa ahli dan ekonom menawarkan solusi dalam bentuk kebijakan redistribusi dan sistem sosialisme. Salah satu solusi yang diusulkan oleh Keynesian Economics adalah intervensi negara dalam ekonomi untuk mendistribusikan kekayaan dengan lebih adil. Keynes (1936) berpendapat bahwa negara perlu memainkan peran yang lebih besar dalam mengatur pasar, termasuk dalam memberikan jaminan sosial dan mendukung sistem kesejahteraan yang dapat mengurangi kesenjangan sosial.

Selain itu, munculnya ekonomi sosial dan solidaritas menjadi alternatif untuk menciptakan kesejahteraan yang lebih merata. Ekonomi sosial menekankan pada prinsip solidaritas, keadilan sosial, dan partisipasi aktif dari masyarakat dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam sistem ini, keuntungan tidak hanya menjadi milik segelintir individu, tetapi juga dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat secara luas.

Kapitalisme, meskipun berperan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi, tidak dapat dipungkiri telah menciptakan ketimpangan yang besar dalam masyarakat. Sistem ini, meskipun menawarkan kebebasan pasar, sering kali menguntungkan segelintir orang kaya dan merugikan kelas pekerja. Ketimpangan ini menyebabkan kesengsaraan bagi banyak orang, yang terbukti dalam tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran. Untuk menciptakan kesejahteraan yang lebih merata, diperlukan kebijakan yang lebih berpihak pada keadilan sosial, seperti redistribusi kekayaan dan intervensi negara yang lebih aktif dalam ekonomi.

Penulis: Sona Wirahadikusuma (Karl Sona)

Editor: Redaksi

Bagikan Tulisan Ini:

Facebook
X
WhatsApp
Threads

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru